Sabtu, 11 Agustus 2012
Selasa, 07 Agustus 2012
Ayah, Anak, dan Burung Gagak
Pada suatu petang seorang tua bersama anak mudanya yang baru menamatkan
pendidikan tinggi duduk berbincang-bincang di halaman sambil memperhatikan suasana di sekitar mereka.
Tiba-tiba seekor burung gagak hinggap di ranting pokok berhampiran. Si ayah lalu
menuding jari ke arah gagak sambil bertanya,
“Nak, apakah benda itu?”
“Burung gagak”, jawab si anak.
Si ayah mengangguk-angguk, namun sejurus kemudian sekali lagi mengulangi
pertanyaan yang sama. Si anak menyangka ayahnya kurang mendengar jawabannya tadi, lalu menjawab dengan sedikit kuat,
“Itu burung gagak, Ayah!”
Tetapi sejurus kemudian si ayah bertanya lagi pertanyaan yang sama.
Si anak merasa agak keliru dan sedikit bingung dengan pertanyaan yang sama
diulang-ulang, lalu menjawab dengan lebih kuat,
“BURUNG GAGAK!!” Si ayah terdiam seketika.
Namun tidak lama kemudian sekali lagi sang ayah mengajukan pertanyaan yang
serupa hingga membuat si anak hilang kesabaran dan menjawab dengan nada yang kesal
kepada si ayah,
“Itu gagak, Ayah.” Tetapi agak mengejutkan si anak, karena si ayah sekali lagi
membuka mulut hanya untuk bertanya hal yang sama. Dan kali ini si anak benar-benar hilang sabar dan menjadi marah.
“Ayah!!! Saya tak tahu Ayah paham atau tidak. Tapi sudah 5 kali Ayah bertanya soal
hal tersebut dan saya sudah juga memberikan jawabannya. Apa lagi yang Ayah mau saya
katakan????
Itu burung gagak, burung gagak, Ayah…..”, kata si anak dengan nada yang begitu marah.
Si ayah lalu bangun menuju ke dalam rumah meninggalkan si anak yang
kebingungan.
Sesaat kemudian si ayah keluar lagi dengan sesuatu di tangannya. Dia mengulurkan benda itu kepada anaknya yang masih geram dan bertanya-tanya. Diperlihatkannya sebuah diary lama.
“Coba kau baca apa yang pernah Ayah tulis di dalam diary ini,” pinta si Ayah.
Si anak setuju dan membaca paragraf yang berikut.
“Hari ini aku di halaman melayani anakku yang genap berumur lima tahun. Tiba-tiba
seekor gagak hinggap di pohon berhampiran. Anakku terus menunjuk ke arah gagak dan
bertanya,
“Ayah, apa itu?”
Dan aku menjawab,
“Burung gagak.”
Walau bagaimana pun, anakku terus bertanya soal yang serupa dan setiap kali aku
menjawab dengan jawaban yang sama. Sehingga 25 kali anakku bertanya demikian, dan demi rasa cinta dan sayangku, aku terus menjawab untuk memenuhi perasaan ingin tahunya.
“Aku berharap hal ini menjadi suatu pendidikan yang berharga untuk anakku kelak.”
Setelah selesai membaca paragraf tersebut si anak mengangkat muka memandang wajah si
Ayah yang kelihatan sayu. Si Ayah dengan perlahan bersuara,
“Hari ini Ayah baru bertanya kepadamu soal yang sama sebanyak 5 kali, dan kau
telah hilang kesabaran serta marah.”
Lalu si anak seketika itu juga menangis dan bersimpuh di kedua kaki ayahnya
memohon ampun atas apa yg telah ia perbuat.
PESAN:
Jagalah hati dan perasaan kedua orang tuamu, hormatilah mereka.
Sayangilah mereka sebagaimana mereka menyayangimu di waktu kecil.
Kita sudah banyak mempelajari tuntunan Islam apalagi berkenaan dengan berbakti
kepada kedua orangtua.Tapi berapa banyak yang sudah dimengerti oleh kita apalagi
diamalkan???
Ingat! ingat! Banyak ilmu bukanlah kunci masuk syurganya Allah.
SEBARKAN ke teman anda jika menurut anda catatan ini bermanfaat….
Author : PercikanIman.org
Shared : Kisah Penuh Hikmah
Istriku Bukan Bidadari, tapi Akupun Bukan Malaikat
Penulis: Ustadz Arifin Badri, Lc., M.A
Alhamdulillah,
salawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam, keluarga, dan sahabatnya.
Anda telah berkeluarga? Bagaimana pengalaman Anda selama mengarungi bahtera rumah tangga? Semulus dan seindah yang Anda bayangkan dahulu?
Anda telah berkeluarga? Bagaimana pengalaman Anda selama mengarungi bahtera rumah tangga? Semulus dan seindah yang Anda bayangkan dahulu?
Mungkin saja Anda menjawab, “Tidak.”
Akan tetapi, izinkan saya berbeda dengan Anda, “Ya,” bahkan lebih indah
daripada yang saya bayangkan sebelumnya.
Saudaraku, kehidupan rumah tangga memang penuh dengan dinamika, lika-liku, dan
pasang surut. Kadang Anda senang, dan kadang Anda bersedih. Tidak jarang, Anda
tersenyum di hadapan pasangan Anda, dan kadang kala Anda cemberut dan bermasam
muka.
Bukankah demikian, Saudaraku?
Berbagai tantangan dan tanggung jawab dalam rumah tangga senantiasa menghiasi
hari-hari Anda. Semakin lama umur pernikahan Anda, maka semakin berat dan
bertambah banyak perjuangan yang harus Anda tunaikan.
Tanggung jawab terhadap putra-putri, pekerjaan, karib kerabat, masyarakat, dan
lain sebagainya.
Di antara tanggung jawab yang tidak akan pernah lepas dari kehidupan Anda ialah
tanggung jawab terhadap pasangan hidup Anda.
Sebelum menikah, sah-sah saja Anda sebagai calon suami membayangkan bahwa
pasangan hidup Anda cantik rupawan, bangsawan, kaya raya, patuh, pandai
mengurus rumah, penyayang, tanggap, sabar, dan berbagai gambaran indah.
Bukankah demikian, Saudaraku?
تُنْكَحُ الْمَرْأَةُ لأَرْبَعٍ لِمَالِهَا وَلِحَسَبِهَا وَلِجَمَالِهَا وَلِدِينِهَا
فَاظْفَرْ بِذَاتِ الدِّينِ تَرِبَتْ يَدَاكَ
“Biasanya, seorang wanita dinikahi karena empat pertimbangan: harta
kekayaannya, kedudukannya, kecantikannya, dan agamanya. Maka, hendaknya engkau
lebih memilih wanita yang beragama, niscaya engkau beruntung.” (Muttafaqun
‘alaihi)
Al-Qurthubi menjelaskan makna hadits ini dengan berkata, “Empat pertimbangan
inilah yang biasanya mendorong seorang lelaki untuk menikahi seorang wanita.
Dengan demikian, hadits ini sebatas kabar tentang fakta yang terjadi di
masyarakat, dan bukan perintah untuk menjadikannya sebagai pertimbangan. Secara
tekstual pun, hadits ini menunjukkan bahwa dibolehkan menikahi seorang wanita
dengan keempat pertimbangan itu. Akan tetapi, hendaknya pertimbangan agama
lebih didahulukan.”
Keterangan al-Qurthubi ini semakna dengan hadits yang diriwayatkan oleh
shahabat Abdullah bin Amr al-’Ash radhiyallahu ‘anhu, “Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda,
لاَ تَزَوَّجُوا النِّسَاءَ لِحُسْنِهِنَّ فَعَسَى حُسْنُهُنَّ أَنْ يُرْدِيَهُنَّ
وَلاَ تَزَوَّجُوهُنَّ لِأَمْوَالِهِنَّ فَعَسَى أَمْوَالُهُنَّ أَنْ تُطْغِيَهُنَّ
وَلَكِنْ تَزَوَّجُوهُنَّ عَلَى الدِّينِ وَلَأَمَةٌ خَرْمَاءُ سَوْدَاءُ ذَاتُ دِينٍ
أَفْضَلُ
‘Janganlah engkau menikahi wanita hanya karena kecantikan parasnya, karena bisa
saja parasnya yang cantik menjadikannya sengsara. Jangan pula engkau
menikahinya karena harta kekayaannya, karena bisa saja harta kekayaan yang ia
miliki menjadikan lupa daratan. Akan tetapi, hendaklah engkau menikahinya
karena pertimbangan agamanya. Sungguh, seorang budak wanita berhidung pesek dan
berkulit hitam, tetapi ia patuh beragama, lebih utama dibanding mereka semua.’”
(Hr. Ibnu Majah; oleh al-Albani dinyatakan sebagai hadits yang lemah)
Akan tetapi, sekarang, setelah Anda menikah, terwujudkah seluruh impian dan
gambaran yang dahulu terlukis dalam lamunan Anda?
Bila benar-benar seluruh impian Anda terwujud pada pasangan hidup Anda, maka
saya turut mengucapkan selamat berbahagia di dunia dan akhirat. Bila tidak,
maka tidak perlu berkecil hati atau kecewa.
Saudaraku, besarkan hati Anda, karena nasib serupa tidak hanya menimpa Anda
seorang, tetapi juga menimpa kebanyakan umat manusia.
عَنْ أَبِى مُوسَى رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: كَمُلَ مِنَ الرِّجَالِ كَثِيرٌ، وَلَمْ يَكْمُلْ مِنَ النِّسَاءِ
إِلاَّ آسِيَةُ امْرَأَةُ فِرْعَوْنَ، وَمَرْيَمُ بِنْتُ عِمْرَانَ، وَإِنَّ فَضْلَ
عَائِشَةَ عَلَى النِّسَاءِ كَفَضْلِ الثَّرِيدِ عَلَى سَائِرِ الطَّعَامِ
Abu Musa radhiyallahu ‘anhu menuturkan, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, ‘Banyak lelaki yang berhasil menggapai kesempurnaan, sedangkan
tidaklah ada dari wanita yang berhasil menggapainya kecuali Asiyah istri
Fir’aun dan Maryam binti Imran. Sesungguhnya, kelebihan Aisyah dibanding wanita
lainnya bagaikan kelebihan bubur daging [1] dibanding makanan lainnya.”
(Muttafaqun ‘alaihi)
Saudaraku, berbahagia dan berbanggalah dengan pasangan hidup Anda, karena
pasangan hidup Anda adalah wanita terbaik untuk Anda!
Anda tidak percaya? Silakan Anda membuktikannya. Bacalah sabda Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam berikut ini, lalu terapkanlah pada istri Anda.
لاَ يَفْرَكْ مُؤْمِنٌ مُؤْمِنَةً إِنْ كَرِهَ مِنْهَا خُلُقًا رَضِيَ مِنْهَا آخَرَ
“Tidak pantas bagi lelaki yang beriman untuk meremehkan wanita yang beriman.
Bila ia tidak menyukai satu perangai darinya, pasti ia puas dengan perangainya
yang lain.” (Hr. Muslim)
Saudaraku, Anda kecewa karena istri Anda kurang pandai memasak? Tidak perlu
khawatir, karena ternyata istri Anda adalah penyayang.
Anda kurang puas dengan istri Anda yang kurang pandai mengurus rumah dan kurang
sabar? Tidak usah berkecil hati, karena ia begitu cantik rupawan.
Anda berkecil hati karena istri Anda kurang cantik? Segera besarkan hati Anda,
karena ternyata istri Anda subur sehingga Anda mendapatkan karunia keturunan
yang shalih dan shalihah. Coba Anda bayangkan, betapa besar penderitaan Anda
bila Anda menikahi wanita cantik akan tetapi mandul.
Demikianlah seterusnya.
Tidak etis dan tidak manusiawi bila Anda hanya pandai mengorek kekurangan
istri, namun Anda tidak mahir dalam menemukan kelebihan-kelebihannya. Buktikan
Saudaraku, bahwa Anda benar-benar seorang suami yang berjiwa besar, sehingga
Anda peka dan lihai dalam membaca kelebihan pasangan Anda.
Dahulu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam begitu peka dan mahir dalam membaca
segala hal, termasuk suasana hati istrinya. Aisyah mengisahkan,
قَالَ لِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ: إِنِّي لَأَعْلَمُ إِذَا
كُنْتِ عَنِّي رَاضِيَةً، وَإِذَا كُنْتِ عَلَيَّ غَضْبَى . قَالَتْ: فَقُلْتُ مِنْ
أَيْنَ تَعْرِفُ ذَلِكَ، فَقَالَ: أَمَّا إِذَا كُنْتِ عَنِّي رَاضِيَةً فَإِنَّكِ
تَقُولِيْنَ لاَ وَرَبِّ مُحَمَّدٍ، وَإِذَا كُنْتِ غَضْبَى قُلْتِ لاَ وَرَبِّ إِبْرَاهِيمَ.
قَالَتْ: قُلْتُ أَجَلْ وَاللَّهِ يَا رَسُولَ اللَّهِ، مَا أَهْجُرُ إِلاَّ اسْمَكَ
“Pada suatu hari, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepadaku,
‘Sungguh, aku mengetahui bila engkau ridha kepadaku, demikian pula bila engkau
sedang marah kepadaku.’ Spontan, Aisyah bertanya, ‘Darimana engkau dapat
mengetahui hal itu?’ Rasulullah menjawab, ‘Bila engkau sedang ridha kepadaku,
maka ketika engkau bersumpah, engkau berkata, ‘Tidak, demi Tuhan Muhammad.
Adapun bila engkau sedang dirundung amarah, maka ketika engkau bersumpah,
engkau berkata, ‘Tidak, demi Tuhan Ibrahim.’’ Mendengar penjelasan ini, Aisyah
menimpalinya dan berkata, ‘Benar, sungguh demi Allah, wahai Rasulullah, ketika
aku marah, tiada yang aku tinggalkan, kecuali namamu saja.’” (Muttafaqun
‘alaihi)
Demikianlah teladan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau begitu peka
dengan suasana hati istrinya, sehingga beliau bisa membaca isi hati istrinya
dari ucapan sumpahnya. Walaupun Aisyah berusaha untuk menyembunyikan isi
hatinya, tetap bermanis muka, senantiasa berada di sanding Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan berbicara seperti biasa, namun Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam dapat menebak suasana hatinya dari perubahan cara
bersumpahnya. Luar biasa, perhatian, kejelian, dan kepekaan yang tidak ada
bandingnya.
Tidak mengherankan, bila beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
(خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ لِأَهْلِهِ وَأَنَا خَيْرُكُمْ لِأَهْلِي
“Orang terbaik di antara kalian ialah orang yang terbaik dalam memperlakukan
istrinya, dan aku adalah orang terbaik di antara kalian dalam memperlakukan
istriku.” (Hr. At-Tirmidzi)
Bagaimana dengan Anda, Saudaraku? Dengan apa Anda dapat mengenali dan meraba
suasana hati pasangan Anda?
Saudaraku, tidak ada salahnya bila sejenak Anda kembali memutar lamunan dan
gambaran tentang istri ideal dan idaman yang pernah singgah dalam benak Anda.
Selanjutnya, bandingkan gambaran istri idaman Anda dengan gambaran Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang kaum wanita berikut ini,
الْمَرْأَةُ كَالضِّلَعِ ، إِنْ أَقَمْتَهَا كَسَرْتَهَا، وَإِنِ اسْتَمْتَعْتَ بِهَا
اسْتَمْتَعْتَ بِهَا وَفِيهَا عِوَجٌ
“Wanita itu bagaikan tulang rusuk. Bila engkau ingin meluruskannya, niscaya
engkau menjadikannya patah, dan bila engkau bersenang-senang dengannya, niscaya
engkau dapat bersenang-senang dengannya, sedangkan ia adalah bengkok.”
(Muttafaqun ‘alaihi)
Pada riwayat lain, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ تَسْتَقِيمُ لَكَ الْمَرْأَةُ عَلَى خَلِيقَةٍ وَاحِدَةٍ وَإِنَّمَا هِيَ كَالضِّلَعُ
إِنْ تُقِمْهَا تَكْسِرْهَا وَإِنْ تَتْرُكْهَا تَسْتَمْتِعْ بِهَا وَفِيهَا عِوَجٌ
“Tidak mungkin istrimu kuasa bertahan dalam satu keadaan. Sesungguhnya, wanita
itu bak tulang rusuk. Bila engkau ingin meluruskannya, niscaya engkau
menjadikannya patah. Adapun bila engkau biarkan begitu saja, maka engkau dapat
bersenang-senang dengannya, (tetapi hendaklah engkau ingat) ia adalah bengkok.”
(Hr. Ahmad)
Nah, sekarang, silakan Anda mengorek memori Anda tentang wanita pendamping
hidup Anda. Temukan berbagai kelebihan padanya, dan selanjutnya tersenyumlah,
karena ternyata istri Anda memiliki banyak kelebihan.
Lalu, bila pada suatu hari Anda merasa tergoda oleh kecantikan wanita lain,
maka ketahuilah bahwa sesuatu yang dimiliki oleh wanita itu ternyata juga telah
dimiliki oleh istri Anda. Maka, bergegaslah untuk membuktikan hal ini pada
istri Anda. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا رَأَى أَحَدُكُمُ امْرَأَةً فَأَعْجَبَتْهُ فَلْيَأْتِ أَهْلَهُ فَإِنَّ مَعَهَا
مِثْلَ الَّذِي مَعَهَا
“Bila engkau melihat seorang wanita, lalu ia memikat hatimu, maka segeralah
datangi istrimu! Sesungguhnya, istrimu memiliki seluruh hal yang dimiliki oleh
wanita yang engkau lihat itu.” (Hr. At-Tirmidzi)
Demikianlah caranya agar Anda dapat senantiasa puas dan bangga dengan pasangan
hidup Anda. Anda selalu dapat merasa bahwa ladang Anda tampak hijau, sehijau
ladang tetangga, dan bahkan lebih hijau.
Selamat berbahagia dengan pasangan hidup yang telah Allah karuniakan kepada
Anda. Semoga Allah memberkahi bahtera rumah tangga Anda.
Sebaliknya, sebagai calon istri, Anda juga berhak untuk mendambakan pasangan
hidup yang tampan, gagah, kaya raya, pandai, berkedudukan tinggi, penuh
perhatian, setia, penyantun, dermawan, dan lain sebagainya.
Betapa indahnya gambaran rumah tangga Anda, dan betapa istimewanya pasangan
hidup Anda, andai gambaran Anda ini dapat terwujud. Bukankah demikian,
Saudariku?
Saudariku, setelah Anda menikah, benarkah seluruh kriteria suami ideal yang
pernah menghiasi lamunan Anda ini terwujud pada pasangan hidup Anda?
Bila benar terwujud, maka saya ucapkan selamat berbahagia di dunia dan akhirat,
dan bila tidak, maka tidak perlu berkecil hati.
Besarkan hatimu, wahai Saudariku! Percayalah, bahwa pada pasangan hidup Anda
ternyata terdapat banyak kelebihan.
Bila selama ini, Saudari ciut hati karena suami Anda miskin harta, maka tidak
perlu khawatir, karena ia penuh dengan perhatian dan tanggung jawab.
Bila selama ini, Saudari kecewa karena suami Anda ternyata kurang tampan, maka
percayalah bahwa ia setia dan bertanggung jawab.
Andai selama ini, Saudari kurang puas karena suami Anda kurang perhatian dengan
urusan dalam rumah, tetapi ia begitu membanggakan dalam urusan luar rumah.
Juga, andai selama ini, sikap suami Anda terhadap Anda kurang simpatik, maka
tidak perlu hanyut dalam duka dan kekecawaan, karena ia masih punya jasa baik
yang tidak ternilai dengan harta. Ternyata, selama ini, suami Anda telah
menjaga kehormatan Anda, menjadi penyebab Anda merasakan kebahagiaan menimang
putra-putri Anda.
Saudariku, Anda tidak perlu hanyut dalam kekecewaan karena suatu hal yang ada
pada diri suami Anda. Betapa banyak kelebihan-kelebihan yang ada padanya.
Berbahagia dan nikmatilah kedamaian hidup rumah tangga bersamanya.
Berlarut-larut dalam kekecewaan terhadap suatu perangai suami Anda dapat
menghancurkan segala keindahan dalam rumah tangga Anda. Bukan hanya hancur di
dunia, bahkan berkelanjutan hingga di akhirat kelak.
Saudariku, simaklah peringatan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berikut ini.
Agar anda dapat menjadikan bahtera rumah tangga Anda seindah dambaan Anda.
أُرِيتُ النَّارَ فَإِذَا أَكْثَرُ أَهْلِهَا النِّسَاءُ يَكْفُرْنَ، قِيلَ: أَيَكْفُرْنَ
بِاللَّهِ؟ قَالَ: يَكْفُرْنَ الْعَشِيرَ، وَيَكْفُرْنَ الإِحْسَانَ، لَوْ أَحْسَنْتَ
إِلَى إِحْدَاهُنَّ الدَّهْرَ ثُمَّ رَأَتْ مِنْكَ شَيْئًا، قَالَتْ: مَا رَأَيْتُ
مِنْكَ خَيْرًا قَطُّ
“Aku diberi kesempatan untuk menengok ke dalam neraka, dan ternyata kebanyakan
penghuninya ialah para wanita, akibat ulah mereka yang selalu kufur/ingkar.”
Spontan, para shahabat bertanya, “Apakah yang engkau maksud adalah mereka
kufur/ingkar kepada Allah?” Beliau menjawab, “Mereka terbiasa ingkar terhadap
perilaku baik, dan ingkar terhadap jasa baik. Andai engkau berbuat baik kepada
mereka seumur hidupmu, lalu ia mendapatkan suatu hal padamu, niscaya mereka
begitu mudah berkata, ‘Aku tidak pernah mendapatkan kebaikan sedikit pun
darimu.’” (Muttafaqun ‘alaihi)
Anda mendambakan kebahagian dalam rumah tangga?
Temukanlah bahwa kebahagian hidup dan berumah tangga terletak pada genggaman
tangan suami Anda. Pandai-pandailah membawa diri, sehingga suami Anda rela
membentangkan kedua telapak tangannya, dan memberikan kebahagian berumah tangga
kepada Anda.
Percayalah Saudariku, suami Anda adalah pasangan terbaik untuk Anda.
إِذَا صَلَّتِ الْمَرْأَةُ خَمْسَهَا وَصَامَتْ شَهْرَهَا وَحَفِظَتْ فَرْجَهَا وَأَطَاعَتْ
زَوْجَهَا قِيلَ لَهَا اُدْخُلِي الْجَنَّةَ مِنْ أَيِّ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ شِئْتِ
“Bila seorang istri telah mendirikan shalat lima waktu, berpuasa bulan Ramadan,
menjaga kesucian dirinya, dan taat kepada suaminya, niscaya kelak akan
dikatakan kepadanya, ‘Silakan engkau masuk ke surga dari pintu mana pun yang
engkau suka.’” (Hr. Ahmad dan lainnya)
Tidakkah Anda mendambakan termasuk orang-orang mukminah yang mendapatkan
kebebasan masuk surga dari pintu yang mana pun?
Kunci Keberhasilan Rumah Tangga
Saudaraku, mungkin selama ini Anda bersama pasangan hidup Anda, terus berusaha
mencari pola rumah tangga yang dapat mendatangkan kebahagiaan untuk Anda
berdua.
Anda berhasil menemukannya?
Bila Anda berhasil, maka saya ucapkan selamat berbahagia. Adapun bila belum,
maka segera temukan kunci keberhasilan rumah tangga Anda pada firman Allah
berikut,
وَلَهُنَّ مِثْلُ الَّذِي عَلَيْهِنَّ بِالْمَعْرُوفِ وَلِلرِّجَالِ عَلَيْهِنَّ دَرَجَةٌ
“Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara
yang ma’ruf. Akan tetapi, para suami mempunyai kelebihan satu tingkat daripada
istrinya.” (Qs. al-Baqarah: 228)
Hak pasangan Anda setimpal dengan kewajiban yang ia tunaikan kepada Anda.
Semakin banyak Anda menuntut hak Anda, maka semakin banyak pula kewajiban yang
harus Anda tunaikan untuknya.
Shahabat Abdullah bin ‘Abbas memberikan contoh nyata dari aplikasi ayat ini
dalam rumah tangganya. Pada suatu hari, beliau berkata, “Sesungguhnya, aku
senang untuk berdandan demi istriku, sebagaimana aku pun senang bila istriku
berdandan demiku, karena Allah Ta’ala telah berfirman,
وَلَهُنَّ مِثْلُ الَّذِي عَلَيْهِنَّ بِالْمَعْرُوفِ
‘Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara
yang ma’ruf.’
Aku pun tidak ingin menuntut seluruh hakku atas istriku, karena Allah juga
telah berfirman,
وَلِلرِّجَالِ عَلَيْهِنَّ دَرَجَةٌ
‘Akan tetapi, para suami mempunyai kelebihan satu tingkat daripada istrinya.’”
(Hr. Ibnu Abi Syaibah dan ath-Thabari)
Bagaimana dengan dirimu, wahai saudara dan saudariku? Kapankah Anda berdandan?
Ketika sedang berada di rumah atau ketika hendak keluar rumah? Selama ini,
sejatinya, untuk siapa Anda berdandan? Benarkah Anda berdandan untuk pasangan
Anda, ataukah Anda berdandan dan tampil menawan untuk orang lain?
Saudaraku, bahu-membahu, saling melengkapi kekurangan, dan saling pengertian
adalah salah satu prinsip dasar dalam membangun rumah tangga. Tidak layak bagi
Anda untuk berperan sebagai penonton setia ketika pasangan Anda sedang
mengerjakan pekerjaannya. Usahakan sebisa Anda untuk turut menyelesaikan
pekerjaannya. Demikianlah, dahulu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
mencontohkan dalam rumah tangga beliau.
Aisyah radhiyallahu ‘anha mengisahkan,
كَانَ فِي مِهْنَةِ أَهْلِهِ، فَإِذَا سَمِعَ الأَذَانَ خَرَجَ
“Dahulu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengerjakan sebagian pekerjaan
istrinya, dan bila beliau mendengar suara azan dikumandangkan, maka beliau
bergegas menuju ke mesjid.” (Hr. Bukhari)
Constance Gager, ketua studi sekaligus asisten profesor di Montclair State
University, Montclair, New Jersey, mengadakan penelitian tentang hubungan
perilaku suami-istri dengan keromantisan dalam bercinta. Ia mengelompokkan para
suami yang menjadi objek penelitiannya ke dalam dua kelompok.
Kelompok pertama adalah suami-suami yang tidak peduli dan jarang membantu
pekerjaan istri. Kelompok kedua adalah suami-suami yang sering turut serta
dalam mengerjakan pekerjaan rumah tangga istri.
Hasilnya luar biasa! Suami di kelompok kedua, yaitu yang sering membantu
pekerjaan istrinya, terbukti lebih romantis dan lebih sering memadu cinta
dengan pasangannya. Hubungan yang harmonis dan indah, begitu kental dalam rumah
tangga mereka.
Sejatinya, penemuan ini bukanlah hal baru, karena secara logika, suami yang
dengan rendah hati membantu pekerjaan istrinya pastilah lebih dicintai oleh
istrinya. Tentunya, ini memiliki hubungan erat dengan keromantisan suami-istri
dalam bercinta.
Sebaliknya, istri yang peduli dengan pekerjaan suami, pun akan mengalami hal
yang sama.
Nah, bagaimana dengan diri Anda, wahai Saudaraku?
Selamat membuktikan resep manjur ini! Semoga berbahagia, dan hubungan Anda
berdua semakin romantis dan harmonis.
Semoga tulisan sederhana ini bermanfaat bagi Anda. Mohon maaf bila ada
kata-kata yang kurang berkenan. Wallahu a’lam bish-shawab.
Langganan:
Postingan (Atom)